Download aplikasi MOD/HACK terbaru untuk Android gratis

The Dark Pictures: The Devil in Me

0

Saya harus mengakui bahwa Supermassive Games ialah pendongeng yang hebat. Antologi The Dark Pictures ialah buktinya, dan fakta bahwa tahun demi tahun mereka menyajikan angsuran baru yang berbeda dalam tema dan karakter seperti sebelumnya, ialah alasan buat dipuji. Tetapi dengan cara yang sama, sepertinya karena jadwal produksi, atau sepertinya kurangnya teknik atau sumber daya, kemajuan teknis pada formula dasar membutuhkan waktu lebih lama buat diperhatikan. Seperti yang saya catat dalam kesan terakhir saya, The Devil in Me lebih merupakan The Dark Pictures, buat lebih baik dan lebih buruk. Tetapi “mari kita uraikan sedikit demi sedikit”.

The Dark Pictures: The Devil in Me

Seperti yang saya katakan, The Dark Pictures dikenal karena menyentuh semua sub-genre horor dalam game mereka. Mulai dari cerita hantu dan kapal berhantu (Man of Medan), ilmu hitam, okultisme dan Deep America (Little Hope), hingga cerita perang dan monster (House of Ashes). The Devil in Me ialah poin sumbang, bukan karena menjauh dari genre cerita horor, tetapi karena kali ini didasarkan pada fakta nyata dan terdokumentasi, seperti kisah H.H. Holmes, yang dianggap sebagai pembunuh berantai pertama (dan juga paling “produktif”) di Amerika Serikat. Dikatakan bahwa individu haus darah ini membunuh lebih dari 200 orang pada akhir abad ke-19 di seluruh negeri. Sosok yang menginspirasi ketakutan serta daya tarik sepanjang sejarah, dan yang menginspirasi kelompok karakter utama buat memulai petualangan.

Kami bermain sebagai anggota tim Lonnit Entertainment, sebuah perusahaan produksi kecil di doldrums yang mencoba menyelamatkan bisnis mereka dengan memfilmkan episode terakhir dari seri pembunuh berantai mereka yang menampilkan H.H. Holmes. Seorang individu misterius, Charles Du’Met, mengundang mereka buat menghabiskan akhir pekan di rumah lamanya di sebuah pulau Pantai Timur, tempat dia tampaknya tinggal. Bangunan ini ialah rekreasi yang cukup setia dari Murder Castle, sebuah hotel yang digunakan Holmes sebagai penutup buat kejahatannya, dan yang ia modifikasi buat diisi dengan jebakan dan instrumen mematikan bagi para tamu. Merekam episode di sana dapat membuat perbedaan antara mempertahankan pekerjaan atau tidak, jadi semua orang setuju buat menghadiri pertemuan misterius itu.

Ini ialah iklan:

The Dark Pictures: The Devil in MeThe Dark Pictures: The Devil in Me

Begitu sampai di hotel, mereka secara bertahap menemukan bahwa apa yang tampak seperti daya tarik yang menakutkan menjadi nyata, dan darah serta pembunuhan mulai mengikuti satu demi satu. Sedikit demi sedikit mereka menemukan bahwa permainan mematikan di mana mereka terjebak ini memiliki banyak lapisan, dan dipersiapkan dengan cermat buat mereka. Bila kita mau karakter kita bertahan di malam hari, kita harus membuat pilihan, yang dapat menyebabkan efek kupu-kupu dan memicu beberapa tampaknya hasil (dan kebanyakan dari mereka tidak terlalu bagus). Ini ialah premis yang menjadi dasar seri ini, dan dalam The Devil in Me itu sama seperti sekarang. Mereka juga memperkenalkan faktor hubungan antara karakter, dan mereka bermaksud itu menjadi variabel penting dalam cerita, tetapi kenyataannya ialah bahwa sebagian besar keputusan perihal mereka datang secara alami, dan kecuali buat beberapa momen kritis dengan masing-masing, tidak perlu terlalu khawatir perihal hal itu juga.

Tetapi kelangsungan hidup tidak hanya tergantung pada rekan satu tim kita, karena kita juga harus mengambil inisiatif dan memecahkan teka-teki, melakukan acara waktu cepat (QTE) dan mendapatkan semua petunjuk yang kita dapat dari lingkungan. Bahkan petunjuk sekecil apa pun yang diabaikan dapat berarti anggota tim hidup atau mati, jadi ambillah perlahan… selagi tidak ada ketakutan yang akan membuat Anda tergantung di lampu langit-langit.

The Dark Pictures: The Devil in MeThe Dark Pictures: The Devil in Me

Ini ialah iklan:

Salah satu fitur baru yang diperkenalkan The Devil in Me ke seri ini ialah eksplorasi vertikal lingkungan dan penggunaan objek buat menjangkau tempat-tempat yang tidak dapat diakses. Mereka klasik box-moving dan teka-teki panjat, jadi apabila Anda pernah memainkan The Last of Us atau Uncharted, Anda tahu cara kerjanya. Tak satu pun dari mereka yang sungguh sulit, dan saat-saat kala saya merasa sedikit terjebak itu karena saya tidak menyadari bahwa solusinya ada di celah di dinding atau di tempat yang tidak saya sadari dapat saya lewati. Sekarang area di mana kita maju lebih besar dan, dalam hal ini, lebih kompleks, karena koridor dan kamar hotel berputar atas kehendak penculik misterius kita.

Pemandangan yang berubah ini juga berarti kita sering berada di tepi, mencari sisa makanan atau lampu yang tampaknya menunjukkan jalan. Kita tidak tahu apa yang ada di balik pintu sebelah, tetapi kita harus siap, dan di situlah tambahan utama kedua buat judul masuk: inventaris karakter. Ini sungguh mendasar, dan hanya memungkinkan maksimal empat item sekaligus, salah satunya ialah sumber cahaya seperti korek api atau obor. Ruang lain hampir sering akan ditugaskan ke kunci yang membuka pintu tertentu di area yang sama, dan yang lainnya berkisar dari bahan habis pakai sementara hingga item tanda tangan, seperti yang saya sebut. Setiap karakter memiliki salah satunya dan mereka sungguh berguna, seperti kartu buat memaksa laci terbuka, tongkat selfie buat mencapai objek tinggi, atau multimeter buat memeriksa tegangan dan mengambil arus listrik.

Tengah saya memainkan pratinjau, saya hanya dapat menikmati sebagian kecil dari permainan, dan saya berasumsi bahwa teka-teki dan dinamika inventaris ini akan memiliki bobot lebih dalam plot. Tetapi sekarang seusai saya melihat kredit game, saya merasa bahwa tidak satu pun dari mereka benar-benar dieksploitasi, dan bahwa mereka memiliki bobot yang lebih kecil daripada yang seharusnya mereka miliki dalam cerita. Pada akhirnya mereka ternyata lebih dari beberapa momen terisolasi daripada twist baru dalam loop permainan, dan saya sedikit kecewa.

Kisah The Devil in Me dapat dengan mudah menjadi yang terbaik dari empat yang kita lihat sejauh ini. Inspirasi dari kisah-kisah film penting seperti ‘Saw’ dan rekreasi seorang tokoh sejarah nyata membedakannya dari yang sebelumnya (meskipun sering ada unsur supernatural, tentu saja). Tetapi bahkan cerita yang hebat kehilangan kekuatannya apabila kemampuan teknisnya tidak sesuai standar. Dan ada banyak kesalahan di bagian teknis: teleportasi dan levitasi karakter, kegagalan pencahayaan, kesalahan tidak menandai objek yang diteliti sebagai tidak terkunci (kesalahan ini dipertahankan sepanjang seri, tampaknya), belum lagi profil suara yang mengerikan. Saya mencoba memainkan game dengan suara bahasa Inggris asli dan lokalisasi Spanyol, dan saya hampir mengatakan ini ialah pertama kalinya saya menemukan bahwa sulih suara video game lebih baik daripada karya aktor aslinya.

Dan bug ini bukan yang diperbaiki pada hari pertama patch (meskipun beberapa ditandai buat itu), saya harus mengakui bahwa saya belum melihat penurunan frame atau kinerja dan bahwa game ini bekerja dengan sempurna di PC dan konsol, dan bahwa PC saya mulai agak ketinggalan jaman (prosesor Intel i5 dengan Nvidia 1070). Bakal berjaga-jaga apabila beberapa masalah yang saya sebutkan ialah karena perangkat keras saya, saya bermain secara bersamaan dengan PC dan konsol PlayStation 5, dan kesalahan yang saya maksud ada di keduanya.

Saya berharap dan berdoa supaya Supermassive Games akan terus bekerja buat memberikan pengalaman yang imersif dan mengasyikkan seperti The Devil in Me. Jelas bahwa kala datang ke penceritaan visual mereka memiliki sungguh sedikit saingan di industri ini, tetapi sepertinya telah waktunya, sekarang seusai musim pertama antologi ini berakhir, buat mengesampingkan rilis angsuran tahunan dan duduk dan mempertimbangkan bagaimana memperbaiki masalah yang terus berulang berulang kali. Karena pada akhirnya, bahkan cerita yang hebat, tidak peduli seberapa bagusnya, dapat menyelamatkan gameplay yang biasa-biasa saja.

Leave A Reply

Your email address will not be published.